Data bukan lagi hal asing (seharusnya) bagi mayoritas pebisnis, digitalisasi juga seharusnya memperluas pengaruhnya terhadap bisnis dalam segala ukuran. Perusahaan besar kian inovatif, banyak usaha kecil dan menengah tergeser oleh model bisnis yang memliki kemampuan memberdayakan data.
Memang, sekarang, data dapat mudah diakses oleh usaha dari segala skala – kecil sampai besar. Namun masih banyak usaha kecil dan menengah yang belum memiliki kemampuan memberdayakan data, bahkan memiliki stigma negatif terhadap era digitalisasi.
- Teknologi hanya untuk pengusaha besar
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) memiliki potensi cemerlang, kontribusinya besar terhadap Produk Domestik Bruto di Indonesia. Dilansir dari CNN Indonesia, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah mencatat bahwa kontribusi sektor UKM meningkat dari 57.84% menjadi 60,34%.
Namun disaat yang sama potensi UKM untuk tumbuh masih terbilang sulit. Alasannya beragam, mulai dari tidak adanya visi misi yang jelas selama beberapa tahun kedepan, pencampuran dana rumah tangga dan dana usaha sehingga pencatatan keuangan kurang baik; takut membesarkan usahanya karena pajak. Tapi yang menjadi sumber kendala atas hal ini adalah daya adopsi pelaku UKM terhadap teknologi masih rendah.
Para pelaku UKM menganggap bahwa tenaga manusia merupakan sumber daya utama, dan kunci dalam kelancaran bisnis mereka; usaha mereka terlalu kecil untuk memanfaatkan pengangkat teknologi dan website. Padahal di era digital dimana 112,6 juta masyarakat Indonesia sudah terkoneksi dengan internet, hal ini merupakan peluang besar untuk UKM memperbesar usahanya.
Ditambah lagi UKM masih sulit mengadopsi cloud computing, “UKM belum terlalu peduli dengan TI, sehingga adopsi cloud computing masih membutuhkan jalan yang panjang. Perlu edukasi atau inkubasi untuk UKM” ujar Tony Seno Hartono, National Technology Officer Microsoft Indonesia. Padahal cloud dapat mencadangkan berapapun jumlah data, memberikan perlindungan terhadap pusat data, meningkatkan fleksibilitas untuk melakukan kostumisasi pada sistem.
- Data tidak akan berpengaruh terhadap kelangsungan bisnis mereka
Wirausaha dituntut untuk berpikir strategis, terlepas dari besar kecil nya bisnis yang mereka jalani. Perusahaan besar yang memiliki kemampuan memberdayakan data, pastinya sudah menggantungkan jawaban atas permasalahannya dari data. Tetapi untuk usaha skala kecil, mereka memilih mengabaikan data dalam proses pengambilan keputusan, mereka masih mengandalkan intuisi dimana hal tersebut bersifat subjektif.
- Mengumpulkan data akan mengeluarkan banyak uang
Memang tidak semua fasilitas gratis, tapi sekarang sumber data sangat terbuka luas, semua pihak dapat mengumpulkan informasi melalui perangkat analisis data dari Google, yaitu Google Analytics — menyediakan pelbagai jenis data mengenai traffic sebuah situs. Dengan ini bisnis dapat mendapatkan informasi yang bermanfaat untuk mengambil langkah strategis seperti mengetahui karakteristik pengunjung situs, mengetahui bagaimana pengunjung berinteraksi dengan situs, produk apa yang paling diminati dan lain-lain.
“Masih banyak pelaku usaha kecil yang menganggap bahwa mereka harus mengumpulkan, mengolah, dan mengintepretasikan data mereka secara manual untuk menghemat biaya tapi secara bersamaan banyak waktu dan peluang terlewati. Tanpa mereka sadari dengan menginvestasikan sebagian uang mereka untuk pengangkat pengolah data, dapat memberikan mereka solusi – menganalisa hal rumit, memperluas jaringan bisnis, mengeliminasi error dan menyusun langkah strategis.” ujar Dan Wilkinson, Chief Commercial Officer dari 1WorldSync.
Menjalani bisnis dengan skala kecil dan menengah bukan berarti tertinggal dalam revolusi digital. Sekarang, kesuksesan ditentukan oleh cara cerdas memanfaatkan teknologi dan mengambil pelajaran dari nya.
PT SUN ARTHA PUTRA MANDIRI
Head Office:
One Pacific Place Sudirman Central Business District
15th Floor, Jl. Jendral Sudirman Kav. 52-53 Jakarta 12190
P (021) 2550 2629 F (021) 2550 2555 E ask@sunartha.co.id
