Teknologi sangat mempengaruhi perkembangan bisnis terutama dalam sektor sumber daya. Jika dahulu sumber daya tambang merupakan sumber daya terpenting dalam bisnis, di era digital seperti sekarang data merupakan aset terpenting nan strategis yang dapat membantu perusahaan mencapai objektif. Bagi Alphabet, Amazon, Apple, Facebook dan Google data merupakan aset terpenting perusahaan mereka. Bahkan hanya dengan aset mayoritas data, perusahaan mereka dinobatkan sebagai 5 perusahaan paling valuable di dunia dengan total keuntungan sebanyak dua puluh lima triliun dollar Amerika Serikat pada kuartal I 2017. Amazon mewakili pengeluaran hampir 50% uang yang dikeluarkan penduduk Amerika Serikat, sementara Google dan Facebook menjadi perusahaan dengan sumber pendapatan terbesar dari iklan.
Dominasi perusahaan-perusahaan tersebut mengundang kritik baik dari masyarakat maupun pemerintah, bahkan ada yang menuntut pemberlakuan hukum antitrust kepada mereka seperti apa yang diterapkan pada Standard Oil Company di awal abad 20. Meskipun begitu, masyarakat Amerika sadar betul bahwa jasa/produk yang ditawarkan perusahaan-perusahaan tersebut sangat memudahkan hidup mereka. Apakah ada yang mau hidup tanpa sumber pembelajaran “instan” Google? jasa pesan-antar Amazon? dan berita-berita dari Facebook? Terlebih lagi, jasa yang mereka tawarkan gratis.
Minyak bumi dan bahan tambang lainnya sudah tergeserkan oleh asset berharga baru, “data ekonomi”. Kini, pola pikir perusahaan mengenai kompetisi sudah berbeda dan pendekatan baru diantara kompetitor dibutuhkan.
Kuantitas Memiliki Kualitasnya Tersendiri
Dengan 89% orang Amerika mengakses internet serta 77% memiliki smartphone, hal tersebut membuat lima perusahaan diatas dapat mengumpulkan data yang sangat banyak. Seperti kita ketahui apapun kegiatan manusia sekarang pasti meninggalkan jejak dan terekam secara digital mulai dari ketika menonton TV, terjebak macet, berolahraga dan lain-lain. Bahkan diprediksi mobil self-driving sekiranya menghasilkan data sebanyak 100GB/detik. Terlebih lagi keberadaan artificial intelligence kini dapat mengubah data menjadi lebih bernilai contohnya pemanfaatan data geografis untuk navigasi. Algoritma juga dapat membantu marketers untuk menerapkan content targeting sehingga iklan sampai ke target yang tepat. Bahkan perusahaan besar seperti GE dan Siemens mencoba mengubah big data menjadi smart data dengan bantuan Ai dan komputasi awan.
Dianggap bernilai ekonomi tinggi, data telah merubah kompetisi diantara perusahaan. Lima perusahaan diatas berlomba-lomba memanfaatkan network effect, dimana nilai suatu jaringan akan bertambah sesuai dengan pertambahan anggota dijaringan tersebut. Hal ini dimanfaatkan platform media sosial seperti Facebook, Amazon dan eBay untuk menarik user agar registrasi.
Banyaknya data yang ditampung membuat perusahaan-perusahaan besar menjadi kenal betul user mereka. Google dapat mengetahui apa yang user cari, Facebook dapat mengetahui apa ketertarikan user, dan Amazon dapat mengetahui preferensi konsumsi user. Besarnya ukuran dan kekuatan perusahaan-perusahaan tersebut juga membuat mereka lebih mudah meminimalisir kompetitor dengan melakukan akuisisi. Salah satu nya adalah pada tahun 2014 Facebook yang membeli Whatsapp sebagai upaya untuk meminimalisir kompetisi.
Trustbusters?
Masyarakat sadar bahwa perusahaan-perusahaan tersebut sangat mendominasi sektor industri teknologi, adanya network effect juga mustahil untuk memecah salah satu perusahaan besar menjadi beberapa perusahaan kecil karena dikemudian hari akan muncul lagi satu perusahaan yang paling mendominasi. Hal ini menimbulkan pemikiran untuk menerapkan beberapa langkah:
- Hukum antitrust harus diterapkan di abad 21 untuk sektor industri teknologi guna menghindari akuisisi yang berpotensi menimbulkan monopoli.
- Pemerintah sebaiknya membuat data sebagai salah satu bagian infrastruktur publik. Di India sudah diterapkan Aadhaar, yaitu sistem yang merekam identitas setiap penduduknya guna memaksimumkan alokasi subsidi serta manfaat sosial.
Memang tidak mudah menerapkan hukum antitrust di era sekarang. Namun jika pemerintah tidak mau data sebagai barang ekonomi didominasi oleh beberapa perusahaan besar, maka mereka harus sesegera mungkin.
PT SUN ARTHA PUTRA MANDIRI
Head Office:
One Pacific Place Sudirman Central Business District
15th Floor, Jl. Jendral Sudirman Kav. 52-53 Jakarta 12190
P (021) 2550 2629 F (021) 2550 2555 E ask@sunartha.co.id